Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis Mempunyai Misi Mewujudkan kondisi tempat belajar yang kondusif. Melaksanakan Pembelajaran berkarakter.

Senin,03 November 2014 21:50:11 Wib

450 RIBU PENDUDUK BENGKALIS SERENTAK POMP FILARIASIS ATAU KAKI GAJAH

BENGKALIS- Pemerintah Kabupaten Bengkalis melalui Dinas Kesehatan sejak Senin (3/11) melaksanakan POMP (Pemberian Obat Massal Pencegahan) Filariasis tahun ketiga. Sebelumnya, pemberian obat secara massal pencegahan filariasis dua tahun terakhir dengan cakupan mencapai 87 persen pada tahun pertama dan 91 persen pada tahun kedua.

Pada tahun ketiga ini, ada sekitar 450 ribu warga Kabupaten Bengkalis yang menjadi sasaran POMP filariasis dengan target minimal sebanyak 85 persen dari sasaran harus minum obat. “Kalau bisa lebih tinggi lagi, itu makin bagus. Kalau tahun kedua bisa 91 persen, maka harapan kita pada tahun ketiga ini lebih dari itu,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis Moh. Sukri di lokasi POMP Desa Wonosari, Senin (3/11/14).

Untuk mewujudkan hal ini, Pemkab Bengkalis sendiri sebelumnya sudah melaksanakan pertemuan koordinasi pengobatan massal filariasis yang dihadiri oleh narasumber dari Research Triangle Institute (RTI) USAID dr Hj Sri Suryaningsih MSc dan Hj Nina Meilina. Pemkab Bengkalis memang sangat mengharapkan, semua sasaran di Kabupaten Bengkalis, minum obat tanpa ada yang terlewati. Sehingga program POMP ini berhasil baik dan tidak ada lagi masyarakat kabupaten Bengkalis yang terjangkiti penyakit filariasis (kaki gajah).

Pada tahun pertama, memang ada masyarakat yang menolak meminum obat pencegahan penyakit kaki gajah karena adanya dampak setelah meminum obat seperti mual, muntah demam, keluar cacing, mengantuk dan lainnya. "Adanya gejala yang timbul setelah meminum obat tersebut, sebagai reaksi umum dari obat yang bermerk albendazol, yang mematikan cacing di dalam perut (usus) seperti cacing gelang, kremi, cacing cambuk dan cacing tambang," paparnya.

Dikatakan, pemberian obat albendazol dapat meningkatkan efek obat DEC dalam mematikan cacing filaria dewasa dan mikrofilafia. Sehingga penggunaan obat albendazol dalam pemberian obat massal filariasis juga akan efektif mengendalikan prevalensi cacing usus.

"Bila tubuh sudah terinfeksi filariasis dan tidak dilakukan pencehahan dengan minum obat albendazol dan DEC dalam POMP filariasis ini, dapat menimbulkan cacat menetap yaitu pembesaran pada kaki dan tangan, buah zakar, payudara dan alat kelamin,” ujar Sukri tanpa bermaksud menakut-nakuti.

Mengingat tugas dan tanggungjawab dalam pelaksanaan pengobatan massal filariasis ini cukup besar, dan akibat yang ditimbulkan penyakit kaki gajah ini, Sukri mengharapkan seluruh petugas di 434 pos yang tersebar di seluruh desa se-Kabupaten Bengkalis, bekerja dengan sebaik-baiknya. Bagi warga yang tidak bisa datang ke pos POMP filariasis, Sukri mengharapkan agar diantar ke rumah-rumah.

“Sambil beri obat, tunjukkan sekali brosur-brosus akan bahaya penyalit filariasis agar mereka sadar. Kita bukan menakut-nakuti, tapi itu fakta bahwa penyalit filariasis ini dampanya ya seperti itu (seperti dalam brosur-brosur,red) dan kalau sudah kena tidak bisa diobati,” kata Sukri seraya menambahkan bawa pada tahun 2017 mendatang, Bengkalis harus sudah zero filariasis, atau bebas dari filariasis.***

Teks Foto : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis Moh. Sukri menyaksikan seorang warga meminum obat anti kaki gajah.
Publikasi

Berita Lainnya

Masyarakat Dihimbau Waspadai DBD

Rabu,17 September 2014